Senin, 05 Desember 2016

Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol dan Pengaruhnya bagi Dunia Barat. Oleh agus sunardi jurusan bimbingan konselling islam uin ar raniry



                Spanyol adalah negeri terpenting bagi Eropa untuk menyerap peradaban Islam. Ketika negeri ini berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah, ia mengalami perkembangan pesat dari segi ilmu pengetahuan. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol yang berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara Eropa lainnya dalam pemikiran, sains, dan pembangunan. Dari Spanyol pemikiran ilmiah dan pemikiran filsafat Islam ditransmisikan ke Eropa. Dengan penaklukkan Toledo tahun 1085 dan penaklukkan Saragossa pada 1118, kultur Islam menjadi sangat berpengaruh dalam pola kehidupan umat Kristen. Kalangan bangsawan dan dewan gereja Eropa membangun rumah-rumah mereka dengan meniru motif-motif kultur Islam Hispanik untuk keilmuan mereka.

             Mereka berpakaian dengan tradisi Arab dan sejumlah kepustakaan bangsa Muslim diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Di antara tokoh Islam Spanyol yang paling berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran di Eropa adalah Ibnu Rusyd (1120-1198 M), yang dikenal dengan Averroes oleh orang-orang Eropa. Pengaruh Ibnu Rusyd atau Averroes ini sangat besar di Eropa sehingga muncul gerakan Averroisme yang menuntut kebebasan berpikir menentang pemikiran gereja yang dogmatis ketika itu. Dari gerakan Averroisme inilah di Eropa lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Beberapa karya Ibnu Rusyd dicetak di Venesia, Italia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. juga di Napoli, Bologna, Lyon, dan Strasbourg, Prancis pada abad ke-16. Lalu di Jenewa di awal abad ke-17. Pengaruh peradaban Islam termasuk di dalamnya pemikir Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai Universitas Islam di Spanyol, speerti Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada. Selama belajar, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Di antaranya adalah Universitas Paris tahun 1231 M, kemudian di akhir zaman pertengahan Eropa berdiri 18 universitas.
       
         Di dalam universitas-universitas tersebut, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran dan ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa sejak abad ke-12 itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (Renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini adalah melalui buku-buku terjemahan arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Ilmu pengetahuan tentang aljabar telah disebarkan ke Barat melalui terjemahan latin oleh Adelard dari Bath, John dari Seville, dan Robert dari Chester. Geometri mencapai Eropa melalui terjemahan bahasa Arab. Kitab al-Manazir karya Ibnu al-Haitsam yang menguraikan tentang optik, telah diterjemahkan ke bahasa latin oleh Gerard dari Cremona.

        Demikian pula dengan ilmu trigonometri, astronomi, ilmu kimia, kedokteran, dan lain-lain. Demikian juga dengan bahasa Arab berpengaruh besar di Eropa. Selama Islam berkuasa di Spanyol, banyak nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Tidak kurang dari 7.000 kata spanyol berasal dari bahasa Arab. Di antara kata-kata bahasa Arab yang masuk ke dalam suku kata bahasa Eropa: Spanyol dan Inggris, misalnya kata al-sukkar menjadi azukar dalam bahasa Spanyol, dan sugar dalam bahasa Inggris. Syarab (minuman cair), menjadi syirup dalam bahasa Inggris. Sumber http://moslempurnama.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-peradaban-islam-terhadap-eropa.html